Strategi Optimal Peletakan Titik Pembuangan Sampah di Tepian Sungai Musi Kelurahan 3-4 Ulu
Main Article Content
Abstract
The problem of waste in dense settlements on river banks is one of the problems that has not been resolved to date. The increase in the amount of waste is not accompanied by the land area available for waste facilities and infrastructure, resulting in deviations in handling waste by dumping it into rivers. Proper handling of this problem can reduce the impact that occurs. One of the sub-districts in Palembang City facing this problem is Sub-district 3-4 Ulu, which directly borders The Musi River and densely populated settlements right on the banks of The Musi River. The methods used in this research are observation, interviews, and questionnaires to obtain data. The analytical methods used are descriptive analysis methods and superimpose analysis. The descriptive analysis method explains the characteristics of the community, while the superimpose analysis method provides options for placing appropriate waste disposal points. Then, information was obtained regarding the habits of the riverside residents of 3-4 Ulu Village in disposing of rubbish and the practical solutions for dealing with the rubbish problem.
Article Details
Section

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
How to Cite
References
ABSTRACT. The problem of waste in dense settlements on river banks is one of the problems that has not been resolved to date. The increase in the amount of waste is not accompanied by the land area available for waste facilities and infrastructure, resulting in deviations in handling waste by dumping it into rivers. Proper handling of this problem can reduce the impact that occurs. One of the sub-districts in Palembang City facing this problem is Sub-district 3-4 Ulu, which directly borders The Musi River and densely populated settlements right on the banks of The Musi River. The methods used in this research are observation, interviews, and questionnaires to obtain data. The analytical methods used are descriptive analysis methods and superimpose analysis. The descriptive analysis method explains the characteristics of the community, while the superimpose analysis method provides options for placing appropriate waste disposal points. Then, information was obtained regarding the habits of the riverside residents of 3-4 Ulu Village in disposing of rubbish and the practical solutions for dealing with the rubbish problem.
Keywords: waste, riverside settlements, facilities
PENDAHULUAN
Palembang merupakan salah satu kota yang memiliki banyak sungai. Salah satu sungai besar yang ada di Kota Palembang adalah Sungai Musi, dimana banyak dari masyarakat Palembang hidup dan tinggal di pesisir Sungai Musi tersebut (Hidayat, H., 2014). Budaya masyarakat sekitar Sungai Musi yang membangun rumah di tepian sungai tidak diiringi dengan pemeliharaan dan perhatian terhadap lingkungan. Kondisi tersebut dapat menghasilkan berbagai permasalahan terhadap lingkungannya, seperti lingkungan yang kurang sehat dan banjir.
Pola perilaku suatu kelompok dapat menentukan keberhasilan suatu daerah. Pola tindakan suatu komunitas dapat memiliki dampak signifikan pada kesuksesan suatu wilayah. Tindakan ini merujuk pada kebiasaan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam menjalankan aktivitasnya. Tingkah laku masyarakat menjadi cerminan identitas suatu bangsa. Di Kawasan 3-4 Ulu Kota Palembang, masih terlihat kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai, meskipun kita menyadari bahwa sungai merupakan elemen krusial dalam memenuhi kebutuhan manusia (Mukharomah, E., Handaiyani, S., & Wijayanti, T. F., 2020).
Kawasan 3-4 Ulu di Kota Palembang merupakan salah satu kawasan perkotaan yang menghadapi permasalahan serius terkait dengan tingkat kepadatan permukiman penduduknya (Amalia, F., Lussettyowati, T., & Prima, L., 2023). Masalah ini berdampak ke faktor lainnya seperti lingkungan, estetika, bahkan kesehatan masyarakat yang semakin memburuk bila tidak ada tindak lanjut dari pemerintah maupun warga setempat akan permasalahan sampah di Kawasan 3-4 Ulu. Kemungkinan tercemarnya air, udara, dan tanah menjadi salah satu akibat dari penumpukan sampah di kawasan sepanjang Sungai Musi yang dapat menjadi sarang penyakit (Muthmainah, N. A., Rukmi, W. I., & Maulidi, C., 2019).
Meskipun hampir semua permukiman kumuh memiliki permasalahan bangunan dan lingkungan yang sama, para pemukim memiliki penilaian tersendiri terhadap kualitas lingkungan tempat mereka tinggali (Shahraki dkk., 2020). Warga yang tinggal di kawasan kumuh tentu saja merasa tidak nyaman. Namun, penghuni kawasan kumuh mempunyai persepsi kenyamanan yang berbeda dibandingkan warga lainnya. Bagi sebagian besar masyarakat berpenghasilan rendah, memiliki rumah, bahkan rumah yang sangat sederhana, memberikan kepuasan terhadap kualitas hidup mereka (Zebardast, E., & Nooraie, H., 2018; Galiani, dkk., 2018; Oktarini, M. F., Lussetyowati, T., & Primadella., 2022).
Mayoritas masyarakat tepi sungai merupakan daerah kumuh miskin yang tidak memiliki infrastruktur yang memadai. Pengelolaan dan pembuangan limbah tidak diperbolehkan di wilayah ini. Di sisi lain, kampung mereka jauh dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan lingkungan tidak memiliki sistem pengumpulan sampah. Hal ini salah satunya dikarenakan jalur di permukiman warga sempit sehingga tidak dapat dilewati kendaraan pengumpul sampah. Jalur sirkulasi kecil yang digunakan warga hanya dapat diakses oleh sepeda motor, dan pada gang-gang tertentu diperuntukkan khusus untuk pejalan kaki.
Selain itu, warga juga tidak diajarkan cara memilah sampah di rumahnya. Oleh karena itu, sudah menjadi kebiasaan masyarakat setempat untuk membuang sampah di badan sungai atau di lahan yang berdekatan dengan sungai. Penduduk setempat mencari lahan kosong di dekat tempat tinggal mereka untuk membuang sampah tersebut. Salah satu penyebab utama banyaknya sampah yang dibuang orang di bantaran sungai adalah hal ini (Oktarini, M. F., Lussetyowati, T., Siroj, A., Bahri, A. S., & Effendi, T., 2022).
Pemukiman tepian Sungai Musi memang memberikan kontribusi penting dalam perkembangan kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya, khususnya di Kota Palembang. Namun, dalam aktivitasnya daerah pemukiman selalu memberikan dampak dampak buruk bagi lingkungan sekecil apapun, termasuk limbah dan sampah yang menghambat fungsi ekologis sungai (Sastika, A., & Yasir, A., 2017). Dalam hal ini perlu adanya pengelolaan terhadap banyaknya sampah yang dibuang sembarangan di pemukiman warga. Tempat sampah merupakan salah satu komponen tata kelola. Studi ini akan menilai seberapa baik penempatan tong sampah dalam kaitannya dengan preferensi dan kebiasaan masyarakat setempat.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan keadaan lingkungan, kebiasaan, dan aktivitas masyarakat kawasan 3-4 Ulu serta memberi strategi penanganan terhadap permukiman padat di tepian Sungai Musi Kelurahan 3-4 Ulu.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan 3-4 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu 1, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu bulan Oktober hingga November 2023.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek terpenting dalam melakukan sebuah penelitian yang dapat menunjang objek penelitian. Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Emzir (2009), penelitian kuantitatif adalah metode pendekatan yang secara pokok menggunakan postpositivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, seperti berkaitan sebab akibat, reduksi kepada variabel, dan hipotesis. Sesuai namanya, dalam penelitian kuantitatif banyak dituntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta hasilnya (Arikunto, S., 2006). Metode ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel, menguji teori, dan menggeneralisasi fenomena sosial yang diteliti.
Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam artikel ini terdiri dari observasi, kuesioner dan wawancara, serta analisis penulis.
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang disengaja dan sistematis terhadap suatu fenomena sosial yang memperlihatkan gejala-gejala psikologis yang kemudian dilakukan pencatatan. Penggunaan observasi sebagai strategi pengumpulan data dapat dilakukan secara spontan dan dengan bantuan daftar isian yang telah dibuat sebelumnya.
2. Kuesioner dan Wawancara
Kuesioner adalah metode pengumpulan data, dimana responden diminta untuk menanggapi serangkaian pertanyaan atau komentar tertulis. Jika peneliti yakin terhadap variabel yang akan diukur dan mengetahui apa yang diharapkan oleh responden, maka penggunaan kuesioner merupakan metode yang efektif untuk mengumpulkan data. Selain itu, jika responden tersebar di wilayah yang luas, maka sebaiknya menggunakan kuesioner. Penyebaran kuesioner secara langsung dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan tertutup atau terbuka merupakan salah satu pilihan. Metode pengambilan sampel dapat digunakan untuk menentukan jumlah responden sehingga diperoleh data kuesioner yang berkualitas.
3. Analisis Penulis
Penulis menggunakan beberapa literatur dan jurnal-jurnal untuk mendukung penelitian. Dari beberapa literatur dan jurnal tersebut, penulis mendapatkan variabel dan parameter yang dapat menjadi acuan secara langsung untuk pengambilan sampel dalam tahap Kuesioner dan Wawancara. Variabel dan parameter penelitian tersebut dijabarkan ke dalam Tabel 1.
Tabel 1. Variabel dan Parameter Penelitian dengan Metode Observasi dan Kuesioner dan Wawancara
Sumber. Analisa Penulis, 2023
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Kelurahan 3-4 Ulu
Luas cakupan wilayah yang diteliti lebih kurang sebesar 80.000 m². Lokasi penelitian ini termasuk kawasan permukiman kumuh di Kota Palembang. Kepadatan penduduk yang cukup tinggi, kondisi drainase ada yang berfungsi dan tidak berfungsi, serta sampah yang menumpuk di kawasan tersebut. Sampah dapat menyebabkan berbagai macam permasalahan (terutama jika dibuang sembarang), seperti menjadi penyebab terjadinya banjir. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan aliran air tersumbat sehingga air meluap (Sastika, A., & Yasir, A. (2017).
1. Keadaan Lingkungan di Kelurahan 3-4 Ulu
Sebagian besar sampah dapat ditemukan di bawah kolong rumah. Penyebabnya ada dua, yaitu sampah tersebut dibuang dengan sengaja ke bawah kolong rumah atau sampah-sampah tersebut terbawa oleh arus banjir. Jalan-jalan di lingkungan sekitar sering terendam air banjir. Banjir jalan terjadi ketika aliran lumpur dan puing-puing sampah sehingga membuat saluran drainase menjadi dangkal, sering kali membanjiri jalan (terutama saat hujan dan sungai naik).
2. Tempat Pembuangan Sampah
Tempat pembuangan sampah warga 3-4 Ulu berada di luar jangkauan wilayah penelitian, sehingga warga harus mengangkut sampahnya sendiri untuk dibawa ke tempat pembuangannya.
Kebiasaan Penduduk di Kelurahan 3-4 Ulu
Pada umumnya, kebiasaan penduduk di Kawasan 3-4 Ulu mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari yang terkait dengan lingkungan dan budaya setempat. Kegiatan sehari-hari ini tentunya menimbulkan dampak buruk sekecil apapun terhadap lingkungan, salah satunya terkait sampah. Masyarakat Kawasan 3-4 Ulu yang didominasi berprofesi sebagai pekerja lepas ataupun ibu rumah tangga berpendapat mengalami kesulitan untuk membuang sampah rumah tangga di sekitar lingkungan rumah mereka sendiri. Beberapa opsi yang masyarakat pilih untuk mengatasi masalah pembuangan sampah ini diantaranya adalah:
1. Membuangnya ke bak penampungan sampah terdekat (Pasar 2 Ulu)
Sebagian besar warga memilih cara ini dikarenakan merupakan cara yang paling bersih dengan tidak meninggalkan sampah di lingkungan mereka sendiri. Sampah-sampah tersebut dikumpulkan pada kantong plastik yang kemudian akan dibawa oleh ibu rumah tangga saat akan pergi ke pasar setiap harinya. Pada lokasi bak penampungan sampah di Pasar 2 Ulu terdapat layanan pengelolaan sampah dari dinas kebersihan yang kemudian akan diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
2. Dibuang dan dibakar di kolong/sekitar rumah
Terdapat beberapa titik rumah yang menjadikan halaman sekitar atau kolong rumahnya sebagai tempat sampah yang kemudian dibakar atau dibiarkan menumpuk begitu saja. Sampah-sampah ini menimbulkan bau yang kurang sedap dan menjadi semakin buruk ketika sungai sedang pasang.
3. Dibuang ke Sungai
Membuang sampah langsung ke sungai menjadi pilihan yang dinilai paling efisien oleh warga yang tinggal di dekat pinggiran Sungai Musi karena akan terbawa arus sungai. Namun, hal ini dapat menyebabkan tumpukan sampah yang lebih parah di beberapa titik sepanjang sungai dan di muara sungai.
Strategi Penanganan dengan Meletakkan Titik Pembuangan Sampah Baru
Dari kuesioner dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil data yang kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif untuk memperoleh gambaran mengenai kesimpulan dari variabel yang diteliti berupa gambaran statistik yang menunjukkan distribusi data. Sumber data yang digunakan peneliti dalam analisis deskriptif berasal dari kuesioner dan wawancara terhadap 50 responden yang berada di lokasi penelitian.
1. Data Hasil Kuesioner dan Wawancara
Jumlah responden yang diberi kuesioner dan dilakukan wawancara adalah 50 responden yang dilakukan secara acak, baik lokasi rumah responden, usia, pekerjaan maupun tingkat pendidikan. Kuesioner yang diajukan terdapat 11 butir pertanyaan untuk menganalisis perilaku dan tanggapan masyarakat terhadap kondisi tempat pembuangan sampah di lingkungan sekitar.
Tabel 2. Hasil Analisis Perilaku Masyarakat terhadap Lingkungan Sekitar Berdasarkan Kuesioner dan Wawancara
NO PERTANYAAN HASIL %
YA TIDAK
1 Apakah anda membuang sampah di belakang/ sekitar rumah? 19 31 38%
2 Apakah anda membuang sampah di sungai? 11 39 22%
3 Apakah anda membuang sampah ke pasar? 37 13 74%
4 Apakah di dan/atau sekitar Kawasan tsb sudah ada layanan pembuangan sampah? 50 0 100%
5 Apakah sudah ada tempat pembuangan sampah yang dekat dengan rumah anda? 0 50 0%
6 Apakah Anda membuang sampah sendiri? 47 3 94%
7 Apakah ada petugas kebersihan yang dibayar untuk membuang sampah anda? 1 47 2%
8 Apakah menurut anda lingkungan sekitar anda sudah termasuk bersih? 7 43 14%
9 Apakah Anda setuju bahwa mengelola sampah dengan benar di lingkungan padat merupakan tanggung jawab bersama? 50 0 100%
10 Apakah anda setuju bahwa pengelolaan sampah yang baik dapat membantu meningkatkan kenyamanan lingkungan anda? 50 0 100%
11 Apakah anda merasa bahwa peletakan tempat pembuangan sampah yang tepat dapat mengurangi pencemaran lingkungan? 46 4 92%
Sumber: Analisa Penulis, 2023
Tabel 3. Persentase Titik Peletakan Pembuangan Sampah Baru Berdasarkan Pendapat Responden
PERTANYAAN JUMLAH %
Dekat dengan rumah/di tengah
kawasan 23 56%
Tidak ada tempat 6 8%
Di depan lorong/jalan 4 12%
Dekat sungai (tanah kosong) 6 12%
Tiap depan rumah 6 2%
Pasar sudah strategis 3 6%
Diambil per rumah 1 12%
Tidak ada saran 3 6%
Sumber: Analisa Penulis, 2023
2. Analisis Deskriptif Data Hasil Kuesioner dan Wawancara
Dari tabel data hasil kuesioner, pertanyaan satu hingga ketiga kuesioner mengenai tempat warga membuang sampah mendapatkan hasil data berupa kecondongan warga dalam membuang sampah ke Pasar 2 Ulu. Namun, berdasarkan lokasi rumah para responden didapat data bahwa yang membuang sampah ke Pasar 2 Ulu adalah warga yang berada di dekat Jalan K.H. Faqih Usman. Sedangkan, warga yang tinggal di dekat Sungai Musi cenderung membuang sampah langsung ke sungai. Data ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Pada pertanyaan keempat dan kelima mengenai fasilitas pembuangan sampah, data yang didapat menunjukkan bahwa di Kawasan 3-4 Ulu masyarakat harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk membuang sampah karena minimnya fasilitas pembuangan sampah yang tersedia di kawasan tersebut. Selain itu, layanan yang tersedia tidak secara langsung membantu masyarakat membuang sampah karena layanan tersebut berada di Pasar 2 Ulu yang berada di luar kawasan.
Berdasarkan pertanyaan keenam dan ketujuh mengenai cara membuang sampah, masyarakat di kawasan tersebut cenderung membuang sampah sendiri ke pasar atau ke belakang/sekitar rumah dan dibakar. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat setempat memiliki kesadaran dan kemauan untuk menjaga kondisi lingkungannya agar terbebas dari sampah walaupun harus berjalan cukup jauh untuk membuang sampah pada tempatnya ataupun membakarnya secara mandiri. Dari hasil pertanyaan kedelapan bahwa kawasan tersebut masih kotor terutama dikarenakan oleh sampah menunjukkan bahwa Kawasan 3-4 Ulu masih sangat membutuhkan penanganan sampah. Selain itu, dari hasil pertanyaan kesembilan hingga kesebelas terlihat bahwa masyarakat peduli terhadap lingkungannya dan memiliki kesadaran tentang pentingnya membuang sampah di tempatnya.
Selain itu, data dari pertanyaan kesebelas tersebut menunjukkan bahwa peletakan tempat pembuangan sampah yang tepat dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Namun, tidak semua responden setuju akan hal ini dan berpendapat bahwa peletakan tempat sampah baru dapat menimbulkan masalah baru, seperti menumpuknya sampah. Dari hal tersebut, didapatkan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam meletakan tempat sampah baru, seperti memastikan lokasi TPS berada di area terbuka yang tidak terlalu jauh dari pemukiman warga dan sampah dapat disalurkan atau dipindahkan ke TPA.
Selain kuesioner, peneliti juga melakukan wawancara kepada 50 responden untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan beragam sehingga tidak terpaku pada jawaban Ya/Tidak. Di penelitian ini terdapat satu pertanyaan berupa “Menurut anda, dimana lokasi yang tepat jika ada tempat pembuangan sampah baru?”. Dari pertanyaan tersebut diperolah jawaban yang cukup beragam, dimana 1 responden dapat memberikan jawaban lebih dari 1. Hasil dari wawancara ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Jadi, dapat disimpulkan dari hasil kuesioner bahwa masyarakat Kawasan 3-4 Ulu memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan kawasan dari sampah yang sayangnya tidak didukung dengan kelengkapan fasilitasnya. Sedangkan, dari hasil wawancara didapat beberapa opsi lokasi yangmana terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi yang tepat. Pertimbangan-pertimbangan tersebut mencakup lahan kosong terbuka yang dapat digunakan untuk peletakan tempat sampah baru, lokasi strategis, dan diutamakan berada di area kawasan yang membuang sampah sembarangan.
3. Analisis Lokasi Pembuangan Sampah Baru
Dalam menentukan titik peletakan pembuangan sampah di Kawasan 3-4 Ulu, ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan:
● Aspek Lingkungan
Kawasan 3-4 Ulu memiliki kondisi lingkungan berupa tanah rawa serta termasuk kawasan tepian sungai. Dalam hal ini, penting untuk mempertimbangkan bahwa sungai dan tanah rawa merupakan bagian penting dari ekosistem alami yang perlu dilindungi dari dampak negatif pembuangan sampah. Sehingga perlu ditentukan lokasi yang tidak hanya meminimalkan dampak lingkungan tetapi juga mempertahankan integritas ekosistem alami sungai dan tanah rawa menjadi prioritas utama.
● Ketersediaan Infrastruktur
Aksesibilitas pada Kawasan 3-4 Ulu hanya berupa jalan setapak beton di atas tiang sepanjang kawasan dan hanya dapat dilalui oleh kendaraan motor. Selain itu, di Kawasan 3-4 Ulu ini belum ada fasilitas pembuangan sampah. Sehingga lokasi tempat pembuangan sampah yang baru harus dapat dilalui kendaraan untuk memudahkan pengangkutan sampah.
● Partisipasi Masyarakat
Sebagian besar masyarakat yang rumahnya berada dekat jalan raya membuang sampah di TPS dekat Pasar 2 Ulu yang merupakan titik pembuangan sampah terdekat. Namun, masih terdapat masyarakat yang membuang sampah di sekitar rumahnya. Selain itu, sebagian besar masyarakat yang tinggal dekat sungai membuang sampah langsung ke sungai dan sekitar rumahnya. Hal ini dikarenakan lokasi pembuangan sampah cukup jauh dari tempat tinggalnya.
● Analisis Risiko
Pembuangan sampah yang tidak terkelola dengan baik berpotensi mencemari air sungai dan meningkatkan risiko kesehatan masyarakat. Tanah rawa yang tercemar bisa merusak ekosistem alami serta meningkatkan risiko bencana lingkungan seperti banjir atau kekeringan.
● Ketersediaan Ruang dan Kapasitas
Pada Kawasan 3-4 Ulu, ketersediaan ruang terbuka yang dapat digunakan sebagai peletakan titik pembuangan sampah, dapat dilihat pada Gambar 3. Titik – titik lahan tersebut dianalisis kembali untuk mendapatkan lokasi yang tepat dengan beberapa pertimbangan, seperti dapat dan mudah diakses dengan kendaraan motor, dekat dengan sungai, dan berada di area terbuka. Oleh karena itu, titik lokasi pembuangan sampah difokuskan pada area permukiman yang dekat dengan sungai dengan mempertimbangkan lokasi yang tepat dan dapat diakses dengan mudah dari berbagai sisi area kawasan. Titik TPS baru ini dapat dilihat pada Gambar 3. Kemudian dilakukan upaya mitigasi dan manajemen risiko yang perlu diterapkan agar dampak negatif bisa diminimalkan atau dihilangkan sebisa mungkin dalam pembuatan bak tempat pembuangan sampah. Langkah-langkah seperti sistem pengelolaan sampah yang tepat, perlindungan terhadap sumber air, penggunaan teknologi yang ramah lingkungan, dan pendekatan partisipatif dengan masyarakat setempat bisa menjadi strategi untuk mengatasi risiko-risiko ini.
4. Sistem Pembuangan Sampah Baru
Pada tempat pembuangan sampah sementara (TPS) baru digunakan bak sampah yang dapat dibuka-tutup sehingga sampah tidak berantakan dan tidak mencemarkan aroma tidak sedap. Sedangkan, untuk fasilitas pengangkutan sampah dari TPS baru keluar Kawasan 3-4 Ulu digunakan motor pengangkut sampah.
KESIMPULAN
Kelurahan 3-4 Ulu di Kota Palembang menghadapi tantangan serius terkait manajemen sampah dan kebersihan lingkungan. Kondisi ini dipengaruhi oleh kebiasaan penduduk, lokasi tempat pembuangan sampah yang tidak mudah diakses, serta kurangnya kesadaran akan dampak negatif pembuangan sampah sembarangan dapat menimbulkan masalah baru bagi lingkungan dan masyarakat seperti pencemaran air sungai, risiko kesehatan masyarakat, kerusakan ekosistem, pengaruh negatif terhadap daya tarik kawasan, dan dampak sosial dan ekonomi yang merugikan. Dengan tingginya kepadatan penduduk dan kurangnya fasilitas pembuangan sampah yang memadai, kondisi ini menimbulkan risiko serius terhadap lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Upaya penanganan dan perbaikan akan dilakukan melalui strategi pendirian tempat pembuangan sampah baru. Hasil kuesioner dan wawancara menunjukkan bahwa masyarakat mendukung konsep pengelolaan sampah yang lebih baik dan menyadari pentingnya membangun tempat pembuangan sampah yang tepat. Meskipun sebagian besar responden setuju dengan upaya ini, namun sebagian masih skeptis terhadap potensi timbulnya masalah baru.
Analisis lokasi pembuangan sampah baru mempertimbangkan aspek lingkungan, ketersediaan infrastruktur, partisipasi masyarakat, analisis risiko, dan ketersediaan ruang. Dengan memilih lokasi yang tepat dan menerapkan langkah-langkah mitigasi risiko, diharapkan dapat mengurangi dampak negatif pembuangan sampah. Sistem baru ini mencakup pengumpulan sampah oleh masyarakat dengan pemilahan di sumbernya dan pengangkutan sampah oleh petugas kebersihan. Penggunaan bak sampah yang dapat ditutup di tempat pembuangan sampah baru diharapkan dapat mengurangi pencemaran dan meningkatkan kebersihan lingkungan. Namun, implementasi sistem baru ini memerlukan dukungan penuh dari pemerintah setempat, pihak terkait, dan masyarakat. Edukasi tentang pentingnya pemilahan sampah, partisipasi aktif masyarakat, dan pengawasan yang ketat terhadap keberlanjutan sistem ini menjadi kunci keberhasilan dalam mengatasi masalah sampah di Kelurahan 3-4 Ulu.
REFERENSI
Akbar, Rengkung., M. M., & Warouw, F (2014) Analisa Sistem Persampahan di Kota Ternate, Sabua: Jurnal Lingkungan Binaan Dan Arsitektur, vol. 6, no. 3, pp. 351-362. doi:https://doi.org/10.35793/sabua.v6i3.6062
Amalia, Fuji., Lussettyowati, Tutur., & Prima, Listen (2023) Program Pendampingan Masyarakat Dalam Perencanaan Dan Perancangan Ruang Terbuka Publik (Kawasan 3-4 Ulu Palembang), Jurnal Pengabdian Community, pp. 26-36.
Arikunto, S (2006) Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Emzir (2009) Pendidikan, Metodologi Penelitian Jakarta: Grafindo Persada.
Fakih, A. F., & Sa’id, M (2021) Perilaku Membuang Samoah di Sungai dan Problem Lingkungan: Pandangan Model Aktiva Norma, In Seminar Nasional Psikologi UM, pp. 110–16.
Galiani, S., Gertler, P. J., & Undurraga, R (2018) The Half-life of Happiness: Hedonic Adaptation in the Subjective Well Being of Poor Slum Dwellers to the Satisfaction of Basic Housing Needs, Journal of the European Economic Association, vol. 16, no. 4, pp. 1189–1233.
Hidayat, A., & Putra, S. G (2018) Kajian Kondisi Infrastruktur Jalan Lingkungan di Kawasan Kelurahan 3-4 Ulu Palembang, Jurnal Teknik Sipil UNPAL, vol. 8, no. 2, pp. 57-67.
Hidayat, H (2014) Konteks Ekologi Kota Tepian Sungai dalam Perspektif Lokalitas Bahan Bangunan, Architecture Event 2014: Membangun Karakter Kota Berbasis Lokalitas, pp. 1-7
Hidayat, H., Putra, S., G (2018) Kajian Kondisi Infrastruktur Jalan Lingkungan di Kawasan Kelurahan 3-4 Ulu Palembang, Jurnal Teknik Sipil UNPAL, vol 8, no 2.
Mukharomah, E., Handaiyani, S., & Wijayanti, T. F (2020) Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Pola Perilaku Masyarakat Membuang Sampah di Sungai Musi (Studi Kasus Kelurahan 10 Ulu), Urbara Environment Engineering Journal, vol. 1, no. 1.
Muthmainah., N. A., Rukmi, W. I., & Maulidi, C (2019) Pelestarian Pola Permukiman Tradisional 3-4 Ulu, Planning for Urban Region and Environment, pp. 107-114.
Oktarini, M. F., Lussetyowati, T., & Primadella (2022) Persepsi Pemukim terhadap Kualitas Lingkungan di Permukiman Kumuh Tepian Sungai Musi, Palembang, Jurnal Permukiman, vol. 17, no. 2, pp. 85 – 92.
Oktarini, M. F., Lussetyowati, T., Siroj, A., Bahri, A. S., & Effendi, T (2022) Modifikasi Desain Bangunan untuk Penanggulangan Sampah di Permukiman Lahan Basah Tepian Sungai, Jurnal Arsitektur ARCADE, pp. 82-89.
Santoso, A. B., Setyawan, A., & Poerwati, T. (2017) Penyediaan Fasilitas Penanganan Sampah Permukiman Tepian Sungai Desa Bulu Kecamatan Semen Kabupaten Kediri, Eprints ITN Repository, pp. 1-10.
Sastika, A., & Yasir, A (2017) Karakteristik Permukiman di Tepian Sungai, Studi Kasus: Permukiman di Tepian Sungai Musi, Jurnal Arsitektur dan Perkotaan KORIDOR, pp. 83-88.
Zebardast, E., & Nooraie, H (2018) Investigating the Relationship Between Housing Satisfaction and Quality of Life in the Decayed Historic Areas of Isfahan using Path Diagram, Indoor and Built Environment, vol. 27, no. 5, pp. 645–57.